Jumat, 11 Februari 2011

Pulang Rekaman

Jam 05.00 baru keluar
dari Studio Aldino
menunggu taxi pada jalan yang masih
legang…suyi…
dingin menyusup ke pori
pada pagi yang hampir belum terpolusi

Tak berapa lama  taxi expres menepi
melihat tanda yang kami beri
Pintu kami buka …dan sang pengemudi
mengucapkan selamat pagi
“kemana tujuannya bu?”
“Ke Tomang” jawab kami bersamaan
sambil duduk di kursi

“Baru keluar Pak?”tanya kakakku
“Ya Bu… “
“Ibu dari mana?
Mau pulang atau baru berangkat?”
tanyanya kemudian
“Kami baru pulang rekaman,Pak
dan akan berangkat kerja lagi”
“Rekaman apa bu?”
“Rekaman puisi” jawab kami entah
menepis heran entah tidak

“Bingung ya Pak, melihat perempuan
pulang pagi?...”
“Tidak juga…banyak macam ragam orang
dalam kehidupan”
“Saya pernah dapat penumpang perempuan
minta di antar ke bandara
tapi di tegah perjalanan perempuan itu
menangis tersedu sedan dan minta balik arah
minta diantar cari penginapan yang aman”
cerita pak sopir

“Ah, jadi lupa…
Kita mau lewat mana Bu?
Cipinang atau Casablanca?” tanyanya
“Cipinang,Pak…Cipiang saja…”

“Kenapa perempuan itu tak jadi ke bandara Pak?”
iseng-iseng aku bertanya
“Perempuan itu bingung…Bu
Kasihan sekali dia
Menyaksikan suaminya berselingkuh di depan mata
Tanpa fikir panjang…diambilnya tas dan HP saja
dengan pakaian yang melekat di badan dia berangkat
tinggalkan kantor di Surabaya menuju Jakarta
tak hiraukan buah hati mereka”
cerita pak sopir sedikit berapi api

“Astagfirullah…kasihan sekali perempuan itu
Bapak antar dia ke mana?” tanya kakakku
“Ke Hotel Bayu,Bu” jawab pak sopir
Dia minta nomor HP saya karena di Jakarta tak punya
siapa-siapa dan mulai timbul ngeri di hatinya
sendiri di ibu kota

“Lalu Pak?...” tanyaku ingin tahu
Jam satu malam dia telepon saya tetap dalam
tangis sedihnya
Minta dijumpai di hotel itu karena dia butuh
teman bicara
ketika saya katakan tak mungkin saya menjumpainya
sendiri tanpa ditemani istri
dia memohon dan berjanji tak akan ada yang terjadi

“Kemudian?...” tanyaku ingin dengar cerita
selanjutnya
“Istri saya merasa iba sesama perempuan
di suruhnya saya temani dia untuk
bincang-bincang dan menasihatinya agar dia segera
meyelesaikan persoalan” lanjut pak sopir

“Alhamduillah…Istri Bapak baik sekali ya?...” ujar kakakku
“Ya, istri saya memang baik, pengertian, dan penuh
percaya…” kutangkap nada bangga dan syukur
pada suaranya  
Dalam hati aku bergumam
“Pak…Bapak…
Semoga Anda tak membuat istri kecewa…”

“Saya jumpai perempuan itu,berbicang dan menasehatinya
Saya katakan kalau suami ada bekasnya,mbak
tapi anak…
anak itu titisan mbah uyut…”
dan perempuan itu menurut
tiga hari saja di Jakarta dia kembali ke Surabaya

Setelah di Surabaya ada sekali lagi dia telpon saya
malam-malam sampai ayah saya sedikit marah:
“Kamu tu…pacaran lagi Le?”
Ahahaha…saya bilang:”iya…Pak…”dengan maksud
menggoda
“Ingat Le…kamu sudah punya istri…
ndak apik ko ngono…”
Saya goda lagi bapak saya dengan mengatakan:
“Bapak juga… waktu punya anak tiga…”
Ahahaha….sopir taxi itu kembali tertawa

“Kamu!...ingat – ingat yang sudah lewat…”
ujar bapak saya,kata sopir taksi itu
“Lalu?...” kataku ingin tahu
Yah…saya bilang ke bapak:
“Kacang ndak buang lanjaran…Pak” dan kami
pun tertawa bertiga

“Pak…Pak…janganlah…” kataku diantara
derai tawa kami
“Enggak…Bu…Enggak…
Kasihan saya sama istri” ujar Pak Sopir lagi
“Alhamdulillah,Pak…
syukurlah…”sela kakakku

“Lurus terus Pak,terus…sampai
Apotik Tomang Indah” komandoku
“Ya Bu,ya…sebentar lagi kita sampai” ujar
pak sopir
“Op…stop Pak,stop…” pintaku
“Kembalinya untuk Bapak saja
buat ngopi pagi” kata kakakku
“Terima kasih ya Bu, Assalamu alaikum…”
“Waalaikum salam…Terima kasih,Pak”
jawab kami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar