Rabu, 30 Maret 2011

Kadal Ketemu Buaya

Sambil sarapan pagi
sementara banyak waktu karena
tak mengawas
kami bincang-bincang santai
merintang waktu sebelum tenggelam
dalam kesibukan sendiri-sendiri
entah koreksi,menyusun soal,buat artikel
sampai berkutat di depan layar monitor
buka-buka fb...

"Na, kemarin Bapak L cerita
harus hati-hati dengan wanita cantik..." kawanku
melempar topik menarik perhatian
"Kenapa?..."
"iya, banyak dalam waktu belakangan ini
wajah cantik digunakan untuk
memperlancar modus kejahatan"
"Maksudnya?.."
"Wah... tak tahu kamu yang sekarang sedang ngetrend?"
"Ya gimana?" lagi-lagi aku bertanya

"Si cantik itu suka nyetop motor
minta diantar ke suatu tempat
lalu bilang tak punya uang
tak bisa bayar ongkos ojekan"
"Lalu?..." tanya seorang lagi temanku

Si cantik akan bilang:
"Maaf,Bang...
saya tak punya uang
walau berat hati...
bagaimana jika ongkosnya diganti nenen...mau gak?..."
"Haaa...hhh?..." terdengar suara
terperanjat keheranan berbarengan

"Lalu...lalu....?" ramai-ramai terdengar
tanya bernafsu
ingin tahu...
(Ah...maaf...maaf...bukan mau bicara
yang tak patut...
maaf ya...)

"Nenennya sudah di kasih bius...
membuat si Abang pingsan!...
kemudian motornya dilarikan..."
"Aaa...dasar laki-lakinya juga hidung belang!...
mau-maunya!...."

"Kemudian bagaimana?...
kok sampai cerita ini beredar?" tanya teman lagi
"Si abang ngadu pada polisi
menceritakan yang terjadi..."

"Aa...hh...rakus....!" ujar seorang teman
"Rasahin!..."kata teman lain
"Nennennn...."
"ahahaha....ahahaha....kadal ketemu buaya...."

Kemuliaan

(Buat Maharaja,Adik kami terkasih)

Roda berputar....
itu benar,Saudaraku
Dan sekarang Engkau di atas
"Kemuliaan datang padamu"
semua indah pada saatnya

Kamu ingat saudaraku?
Papi pernah berkata:
"Cepat atau lambat
kebenaran akan menampak nyata
datang pada kita
tak sesiapapun bisa mencegahnya"

Lain waktu papi berkata lagi:
"Dukung saudaramu
kalian harus! saling membela
harapan papi kalian jadi semua"

Lihat Pi, sekarang Maharaja
sudah jadi
Papi lihat bukan?
tersenyumlah...Rajawali
tersenyum dan  bahagia
karena satu lagi cita-cita papi terlaksana
harapan kita semua
Mimpi tak cuma sekedar mimpi saja
yang menguap saat kita terjaga

Saudaraku,adikku sayang
tetaplah seperti dulu
sederhana,bersahaja,dan memegang amanah
tetap jadilah terpercaya

Engkau...kita... telah terlalu menderita
mengerti artinya sengsara
faham rasanya dizhalimi
mengerti pedihnya ditidak adili
sehingga Engkau pasti mengerti bagaimana
seharusnya jadi pemimpin
Doa kami selalu untukmu
harapan kami sandarkan padamu
semoga Allah senantiasa membimbingmu
membimbimbing kita semua

Saudaraku,adikku sayang
ingatlah:
"Allah Berikan kemulian kepada siapa
yang Dia kehendaki
dan mencabut kemuliaan dari siapa
yang Dia kehendaki"

Sabtu, 26 Maret 2011

Waktu Yang Tinggal

Selamat pagi burung-burung kecil
Kalian tahu sahabat?...
pagi ini aku bahagia...
membaca tulisannya

Dia telah kembali seperti yang kemarin kutahu
dan mungkin memang tak ada yang berubah
aku saja yang terlalu takut kehilangan
lupa...sewaktu-waktu aku, kalian,juga siapapun...
tak luput dari intaian

Ku sadari kini...
setiap hari langkah memang bertambah maju
dan kita akan sampai pada tujuan akhir
kehidupan

Rambut yang memutih,gigi yang tanggal,
tubuh yang melemah
adalah tanda-tanda dari-Nya
supaya kesadaran kita bertambah
jadi memang benar...tak perlu kita hitung
berapa lama lagi waktu yang tinggal

Waktu mengalir seperti air
seperti angin yang mendesir
menyisir segala  dalam simfoni
melenakan

Ah...kini kami menuju jingga senja-Nya
Insya Allah...kami terima dengan ikhas
sabar dan tawakal
karena tak sesiapa jua bisa menghindar

Ya Allah...jika sampai waktunya
peluk dan selimuti kami dalam hangat cinta-Mu
dalam lembut dekap kasih-Mu
istirahatkan dalam kenyamanan sampai saat
kami dibangkitkan di hari yang Engkau janjikan
Sejahterakan kami dinegeri-Mu yang abadi

Jumat, 25 Maret 2011

Beri Kami Waktu

Begitu saja...
tanpa diatur...tanpa rencana
kita bertemu dalam lembut cahaya-Nya
kau sentuh hatiku
kau peluk jiwaku yang dingin membeku
kau hangati kau selimuti dengan kasih
tanpa warna birahi
hingga gigilku pergi

Sementara aku tak tahu
kau pun berjuang mempertahankan
hidupmu dari maut yang mengintai
sewaktu-waktu

Dan aku sangat terkejut saat tahu semuanya
jiwaku meradang....mengerang...
memohon...mengiba dalam doa yang panjang
"Aku tak mau lagi kehilangan
Aku tak mau ditinggalkan
Aku tak mau!..."

Astagfirullah hal adzim....
Astagfirullah hal adzim...
beri kami waktu lebih lama Ya Arhamarrahimin...
Wahai...dzat yang menggenggam jiwa kami
Robbi...
biarkan kami coba memaknai hidup yang Kau beri

Kamis, 17 Maret 2011

Cahaya dan Hangat-Mu

Ingin selesaikan semua segera
secepatnya...
seperti ada firasat yang tak berani
kuungkap

Ah,resah...
terlalu banyak masalah
terlalu berlimpah...
Lahaula walaquwwata Illa billah...
Sabar....sabar....
perbanyak istighfar...

Allah...Allahku...
tetaplah bersamaku
temani dan bimbinglah aku dengan
kasih-Mu

Allah...Allahku...
Jangan pergi
Aku butuh cahaya dan hangat-Mu
hanya cahaya dan hangat-MU
aku yakin bakal mampu

Rabu, 16 Maret 2011

Melukis Bayangan Benda

"Jangka!...jangka!...
jangka!...jangka!...jangka!...jangka!...
di mana jangkanya?..." agak kesal aku bertanya
dalam lagu dengan nada suka-suka
Seperti dikomando lima anak menjawab:
"Lupa...Bun bun...."
"Aaaa...hhh!...."kesel banget! rasanya

"Bunda tunggu!...
lima menit jangka dan teman-temannya
harus ada di meja!...
yang tak ada ...keluar!..."

kemudian lima anak ngibrit mencari jangka
dan teman-temannya
penggaris, pinsil,penghapus juga

Ah, berkali-kali diberi tahu
untuk melukis bayangan alat-alat itu perlu
tak mau dengar  sampai mulut
rasa berbusa…
Astagfirullah…

"Bun bun...
aku kembali...." ujar Brandon sambil nyengir-nyengir kuda
"Okey ...besok jangan masuk klo lupa lagi.."
"Ya Bun...maaf...."

Kemudian masuk tiga anak sambil berkata:
"Bun bun....saya sudah ada Jangka!..."
"Dari mana?" tanyaku
"Beli...Bun-bun..."
"Besok tak boleh seperti ini lagi ya?
Jika terulang...besok tak ada maaf lagi..."
"Okok...." kata mereka
Aaa...hhh...

"Satu lagi...
mana anak satu lagi?...
Siapa tadi?" kataku
"Ibnu,Bun...
Ibnu yang belum kembali..." jelas Azis
siswa berkulit putih berbadan tinggi

"Salam lekum....
Bun bun...ini jangka dan penggarisnya…"
"Ibunu...bagaimana salamnya tadi?"
"Salam lekum...." jawabnya dengan pandang
heran dan lucu

"Sudah benar?..."tayaku sambil tersenyum
"Benar..." sahutnya
"Masa..."kataku
"Benar..."katanya lagi
"Baik Ibnu...coba ulangi..." pintaku
"Salam lekum..." sementara
kawan-kawannya tertawa...
Ibnu…Ibnu…

“Oo…salah ya Bun…
Assalamu alaikum…” ulangnya sambil senyum
dikulum

Selasa, 15 Maret 2011

Rindu

Rindu
kucari di mana rasa itu
tak ketemu
ruang rindu kosong di hatiku
tak ada siapa-siapa
Ah!...

Aku mengeluh?
mengaduh?
terluka?
kecewa?
tidak juga
aku merasa hampa...

Ahahaha...ahahaha...
putus asa?
tidak juga
aku tak tahu kenapa

Kesepian?
tidak lagi...
kayaknya aku bosan
dengan kepura-puraan
tapi tidak benci...

Buat apa...
tak ada gunanya
yang penting aku tak gunakan
topeng yang manapun
kerana aku tak suka
topeng

Ah!...
Di sini aku berhenti
tak ingin apa-apa lagi
cerita padanya pun aku
tak mau lagi
Bukan takut...
bukan...cuma tak ingin lagi
disakiti

Dan aku pun bertanya
di hatiku...
"Apa dia tak lagi punya arti?..."
Ah!...
hatiku ternyata tak mengerti

Dia diam seribu bahasa
tak menjawab apa-apa
dingin...
warnanya biru...kini

Minggu, 13 Maret 2011

Auf Wiedersehen...

Di pandangnya duka lara
yang mengorak di jiwaku
diraba dengan senang tak terkira
dihisapnya darah yang merembes
dari daging luka
dihisap degan suka cita
Brengsek!....
ternyata benar...
benci dan cinta berbatas tipis saja
aku terpinga...kemudian
hilang rasa
tak ada lagi kasih dan cinta untuknya
Aku putuskan pergi...
melangkah dengan pasti
Auf Wiedersehen...

Benci dan Cinta

"Dan Musa mengambil kesimpulan
dari dialognya dengan Allah bahwa
amal yang paling tinggi adalah mencintai
dan membenci karena Allah"

Ya Allah....
kenapa timbul rasa benci di hati ini
yang bukan karena Engkau?...
Kenapa?
kenapa timbul benci karena rasa tersakiti?
kenapa kasih menyingkir pelan-pelan
tapi pasti?

Ampun Ya Allah...
Ampun...
maafkanlah hamba jika ini suatu dosa

Ampun Ya Allah...
Ampun...
rasa kasih di hati hamba tumbuhkan
kecewa karena pedang kata yang sering
dihunjamnya ke jantung hamba

Ampun Ya Allah....
Ampun...
sesungguhnya rasa benci hamba
membuat sukma tambah terluka
karena merobek kesucian
kasih dan cinta
kasih dan cinta yang tak seperti
dalam pandang mereka

Robbana...Ya Robbana...
kenapa dia tega menginjak-injak
harkat hamba sebagai manusia?...
bukan cuma sekali dua

Ampun...Ya Allah...
Ampun...
sampai saat ini hamba masih
tak percaya
sampai saat ini hamba masih
tak menyangka
dan hamba tuduh diri hamba terlalu
perasa

Astagfirullah hal adzim...
kenapa hamba kehilangan dia?
kenapa Ya Allah?...

Wahai Robbku...
yang paling berkuasa membolak-balikkan
hati manusia
hamba ingin semua cuma mimpi
dan suatu saat hamba terjaga

Ampun Ya Allah...
Ampun...
Benarkah benci dan cinta batasnya
hanya tipis saja?

Lewat Peristiwa

Tikas cahaya masuk lewat
jendala
hangat menyapa
ketika deret kata rapi tertata
ada tenang mengalir
seperti air setelah gejolak
rasa menggelontor jiwa
Ah,sebenarnya tak perlu
dihirau angin yang menderu
dan ikut mengacau sistem kimiawi
tubuh...
Maafkan hamba Ya Allah....
bisa-bisanya terlalu dungu
padahal lewat peristiwa
Engkau menyapa
biaskan berjuta cinta
kenapa aku tak bisa menangkap
makna?
maafkan hamba Ya Robbana
maafkan...

Sabtu, 12 Maret 2011

Kali Ini Ternyata...

Tidur sejenak mengendurkan
saraf...
kufikir...jika   terjaga
tubuhku akan baik-baik saja...

Wahai...
kali ini ternyata
air mata tak larutkan duka lara
tidur tak membuat sakit
dalam   sukma terlupa
tidak...

Dan Sang jiwa renyah tertawa
seraya berkata:
"kemana dzikirmu?...
hanya lewat di bibir?...
Ah..."

Jiwa?...
Jiwakah yang bicara?
atau...
Tubuh yang menuntut haknya?

Ya Allah...
jangan biarkan aku dzalim
pada diriku
jangan...Allahku

"Tarik nafas...tarik nafas...
buang perlahan...
buat teh hangat...Ana...
hirup pelan-pelan..." seakan kudengar
Rajawaliku berkata
Ah,itu kenangan saja...

Tapi aku melakukannya
dan  merasa terbantu
Sugesti?...
berangkali...

Allah...Allahku...
jangan biarkan aku sendiri
Kepalaku sakit sekali...
dan nafasku terasa berat
seperti perlu oksigen lagi

"Ahahaha....
dasar bodoh!..." ada yang mengumpat
dalam hati

Ya Allah...Ya Allah...
Ya Rahman...Ya Rahim...
Ya Malik...Ya Quddus...
Ya Salam...Ya Mukmin...
kulawan umpatan itu dengan
senandungkan asmanya...

Allah...Allahku...
selamatkan aku...
jangan biarkan terpedaya

Jumat, 11 Maret 2011

Dzikir

Selamat pagi burung kecil
Lantunkan terus dzikirmu...
Tebarlah sejuk penuhi kalbu
Hiburkan duka lara yang bergayut
di jantugku
luruhkan semua rindu
biarkan hati kita bergetar dalam
alun nada Asma’ulhusna

Kesombongan

”Kemuliaaan adalah pakaian-Ku
Sombong adalah selendang-Ku
Barang siapa yang melepaskan keduanya dari-Ku
maka aku akan menyiksanya”
(HR Muslim)


Astagfirullah hal adzim...
Ampunkan hamba Ya Arhamarrahimin...
Ampunkan hamba
Jika sombong ada di dalam diri
meski hanya sebesar biji sawi...


Astagfirullah hal adzim...
Betapa Engkau benci akan kesombongan
dalam diri manusia wahai Robbul Idzati
hingga Engkau katakan:
”Tak kan masuk surga Orang yang memiliki
kesombongan di hatinya
walau sebesar dzarrah


Lahaula wa la quwwata illa billah...
Lahaula wa la quwwata illa billah...
hapuskan sombong itu dari kami wahai
Illahi Robbi...

Kamis, 10 Maret 2011

Takabur


Takabur …
Kesalahan makhluk Allah
pertama yang menyebabkannya
terusir dari syurga


Tujuh penyebab takabur
Ilmu…
yang dengannya
manusia jadi merasa lebih mulia

Amal ibadah…
 yang dengannya
manusia jadi merasa pasti selamat
di akhirat

Hasab dan Nasab
Kedudukan dan keturuan
yang dengannya
manusia jadi merasa
lebih terhormat

Al Jamal atau keelokan rupa
yang dengannya
manusia jadi merasa enak saja
menggunjing dan mencela

Al Maal atau kekayaan
yang dengannya
manusia jadi meremehkan sesama

Al Quwwah atau kekuatan
yang dengannya manusia jadi
merasa gagah dan enak saja menekan
yang lemah

Penyebab takabur yang terakhir
adalah Al Atba’ atau pendukung
yang dengannya manusia
menjadi pongah


Takabur…
pertama-tama polah sang iblis
dan sangat berbahaya bagi manusia
karena Allah tak suka ketakaburan
Allah tak suka kesombongan


Ya Allah…sesungguhnya
Kebesaran dan kehormatan adalah
milik-Mu semata
manusia tak berhak merampasnya
Ampuni dan jagalah kami Ya Robbi
karena kami ingin selalu
Engkau kasihi

Rabu, 09 Maret 2011

Bibit-Bibit Kasih



Tiba-tiba kusadari
duka yang menggantung di langit jiwa
sedih dan sentimentil yang meraja
pilu dan bersit kecewa
adalah bibit-bibit kasih yang begitu saja
tumbuh di hati dan memberi warna
di hari yang tersisa

Astagfirullah hal adzim...
jangan dekatkan hamba pada derita
hamba takut...Ya Allah...
hamba tak mau sakit yang sama terulang jua
karena hamba tak seperti yang ada dalam
fikiran mereka
hamba tak butuh apa yang mereka  butuh
kecuali rasa teduh

Ya Allah yang menebar rasa di dalam hati
Pasti Allah mengerti segala yang terlahir
dan tersembunyi
Pasti Allah tahu betapa hamba ingin
selalu Allah sayangi
pasti…
karena itu jagalah setiap langkah kami
bimbinglah Ya Allah…
sepenuh kasih sepenuh sayang
Ya Arhamarrahimin…

Senin, 07 Maret 2011

Waktu


Seperti air mengalir
begitu waktu bergulir
melintasi segala penjuru
tanpa pernah menunggu
gemericiknya tak terdengar
seolah diam…
padahal nyanyinya tak pernah
terulang
dan kita terlena…
lupa akan nilainya


Waktu…
Sebuah kosep yang relatif
Albert Einstein mebuktikan fakta ini
dengan teori relativitasnya
bahwa waktu ditentukan
oleh massa dan kecepatan


Dan Al Qur'an…
Kitab suci yang diturunkan Allah
juga menuliskan
lebih dulu menjelaskan tentang
relativitas waktu:


“Malaikat-malaikat dan Jibril
menghadap kepada Tuhan dalam sehari
yang kadarnya lima puluh ribu tahun”


“Dan  mereka meminta kepadamu
agar azab itu disegerakan
padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi
janjinya
Sesungguhya sehari di sisi Tuhanmu
adalah seperti seribu
menurut perhitunganmu”


Wal asri…
Demi masa…
Innal Insaana Lafii Khusri..
Sesungguhnya manusia itu
dalam kerugian…


Betul…manusia dalam
kerugian yang nyata karena
sibuk dengan keegoan
dan kediriannnya semata


Astagfirullah hal Adzim…
Tak terasa waktu berlalu
dari detik ke menit
menit ke jam
jam ke hari
hari ke minggu
minggu ke bulan
bulan ke tahun
tak terasa usia kita berkurang jua
sampailah kita pada batasnya
pintu taubat semakin dekat untuk
ditutup


Ya Allah…ampuni kami
wahai Rabbul idzati
ampuni kami Ya Illahi
meski kami malu karena dosa kami
mencapai batas arsy

Minggu, 06 Maret 2011

Opa Hardiman Wibawa

"Ana....mestine kamu sing pijet Opa..."
Ujar Opa Wibawa sambil jalan perlahan
dengan tongkatnya yang berkaki
empat
"Boleh....boleh...Opa" kataku
"Gentianlah...biasanya kan kamu
sing Opa pijet..." katanya lagi
"Ya Opa...saya ambil kayu buat refleksinya
sama Oma Ya?....
Opa tunggu di sini..." pintaku sementara
Opa masih tertatih perahan ke arahku
"Endak usah... saya mau ngobrol aja sama kamu..."
"Tak bantu ya Opa?..." kataku minta persetujuannya
"Ndak usah....Opa sudah semubuh...
tinggal pemulihan saja" sambungnya mencegah
"Sini Opa...di kursi sini...tak bantu apa?..."
"Endak usah...Opa mau diteras..."

Ah...Opa memang keras...
Sebulan yang lalu jatuh dari tangga
saat akan memasukkan vesvanya yang tua
Tubuhnya oleng...karena vertigo yang menyerang
Opa terjerambab jatuh nyusruk dan bonggol sendi
di pahanya retak hingga mesti dioprasi dan diganti
bonggol sendi buatan

Kasihan...Opa...
Opa yang sangat keras tapi baik hati
merefleksi siapa saja tanpa mau diberi
imbalan apa - apa

"Aku ndak ngerti...Ana...
mereka bilang Opa jatuh di pintu...
tapi rasanya endak begitu....
tahu-tahu Opa di rumah sakit dan dioprasi lagi
Opa ndak tahu...."ceritanya
"Opa lupa...
Kan bonggol sendi Opa retak..."
"Heran...wong Opa ndak meresa..." gerutunya
dan aku senyum saja

"Tak pijet ya Opa...
kaki opa bengkak...tuh..."aku menawari
"Ana...nih Oma pasti nyariin Opa..."
"Tenang...nanti tak anter pulang...ya?"
"Ah, pake dianter segala...
koyo' orang pacaran..."
"Ya endak toh...
Opa kan Opaku dewe..." kataku sabil tersenyum

"Sekarang Opa ndak bisa naek Vespa lagi..." keluhnya
"Sabar...kalo' dah sembuh kan bisa..." hiburku
tapi sekarang kok Opa agak lupa jalan ya?...
padahal naek vespa enak ketimbang jalan..."
(Yah...jalan atau naik Vesva ya sama saja...
kalau lupa jalannya...
Opa...Opa...)

"Na, nanti kalo' Oma nanyain Opa
Opa bilang ngopi...sama kamu ya?" katanya
"Opa mau kopi?
tak bikinin ya?..." ujarku
"Endak...endak usah..." cegahnya
"Kenapa?..." tanyaku lagi
"Opa piginnya ngopi ginseng sama kamu...
di rumah temen Opa diseduhkan kopi ginseng
enak....tenan..." katanya setengah menerawang

"Ana endak punya kopi ginseng...Opa
adanya kopi biasa...
mau?...tak bikinin..."
"Endak...kopi ginseng...
ngopinya sama kamu..."pintanya lagi

"Kalo gitu...besok ya?
Kita ngopi ginseng..." tapi Opa diam saja
"Tek!...perasaanku tidak enak...
biasanya disediakan pun Opa jarang mau...
sekarang seperti setengah merengek...

"Na...Opa mau pulang ah..." katanya
"Tak anter..."
"Endak...Opa bisa jalan...kok...
ke sini sendiri...tadi..."
"Iya...Opa...
tapi aku mau anter Opa..."
"Kamu mau embelain Opa kalo' Oma marah ya?"
ujar Opa sambil tertawa
"Beres Opa...pasti...tak belain" jawabku
sambil tersenyum

Rumah kami berdekatan selisih satu
rumah dengan rumah Opa
dan ketika kubuka pagarnya...
"Na...ini dia!...si Opa...
maen ke rumah kamu Na?..."
"Iya...Oma...
kangen ambe' aku...
hehehehe..." membuat Oma tersenyum

Perlahan Opa memasuki halamannya yang menanjak
"Pelan-pelan Opa... pelan-pelan..." pintaku
"Tenang aja Na...Opa dah pinter ...sekarang..."
ujar Oma
"Awas Opa...hati -hati..."
"Ah, kamu ini...
sayang ya sama Opa?..."
"Yo tentu...
Opa kan Opaku..."

Opa tersenyum kemudian berkata:
"Ana...sebentar lagi Opa  Good-bye ..."
katanya...
"Opa...kok Opa gomong begitu...
Aku gak punya Opa lagi dong..." kataku
"Dari pada sakit-sakit ?...
Opa sudah tua...
sudah delapan puluh satu...umurnya...
lebih baik dipanggil saja..."sambungnya
"Mestinya Opa berdoa cepet sehat...dong..."
"Ah,kalo sehat sih...umur seratus juga
endak apa..."katanya sambil tertawa

"Begitu...Na...
Opa kamu kalo' ngomong yo begitu..."
ujar Oma
"Sing sabar ya Oma..."pintaku seraya
mengelus bahunya
"Iya Na...
Thank you...ya..."
"Never mind...Oma...
saya pulang...sudah magrib..."
"Dah..." aku pulang ...

Kasihan Opa dan Oma Wibawa
klitak-klitik berdua saja
dua anaknya sudah berumah tangga
dan jauh dari mereka

Sabtu, 05 Maret 2011

Aku Cerewet

Aku cerewet...
ya...ya...aku cerewet...
mengejar rasa ingin tahu
mengejar faham atas sesuatu
mengejar kebenaran dalam
pandangku


Dan ketika kau katakan
sekarang engkau tempatku
cerewet
begitu saja rasanya jadi panas
mataku...
sudah lama aku kehilangan
tempat cerewetku...

Ya Allah...
Dia baik sekali...
mencoba memahami aku
melipur duka laraku
dan menenangkan pemberontakn
dalam batinku

Rajawaliku...
senyum ya?...
karena aku punya tempat
berbagi kini
Aku akan menjaga persahabatan
kami
Semoga Allah senantiasa
menemani

Biarkan Harapan Mekar Berkembang

Berulang-ulang nyeri terasa
di dada sebelah kiri
pasti pasokan oksigen mau pun
aliran darah ke jantung
berkurang
sementara ada lonjakan kebutuhan
akibat tekanan
berkepanjangan

Aaahh...
sudah...sudah...
jangan lagi fikir apa-apa
jangan...
hidup itu indah...
biarkan harapan mekar berkembang

Ayo...mohon ampun pada Allah...
Tuhan semesta alam
karena tubuh hanya pinjaman
harus dipertanggung jawabkan

Di Puncak Rasa Ngeri

Di puncak rasa ngeri
hilang kemampuan menata kata
habis nalar yang ada

Astagfirullah...
apa artinya?
karena semangat hidup
yang telah bangkitkah?
atau karena rindu telah berubah?

Ah,tidak...
rindu tak pernah mati
berputik setiap hari

Mungkin...rasa tak rela menyerah
pasrah telah tumbuh di dalam jiwa
Lahaula wala quwwata illa billah...
Lahaula wala quwwata illa billah...

Aku rasa...
karena kuatnya kenginan
memberi makna dalam waktu
yang tersisa

Akhirnya...

Akhirnya kita ketemu juga
tanpa takut
tanpa curiga
tanpa syak wa sangka

Tak ada resah di jiwaku ketika
memutuskan jumpa
tak ada gelisah
tak ada khawatir seperti biasa

Laiknya kita sudah
kenal lama
sepertinya kita sudah sering
bicara
rasanya engkau tak asing
buat saya

Dan hari itu
kulihat teduh di matamu
ada kasih yang lembut di sikapmu
kudekap harap ke dadaku

Ya Allah...
aku percaya Engkau yang mengirimkan
dia kepadaku
Engkau yang mengirimkan aku
kepadanya
maka ikatkan kami dalam tali
persaudaraan yang suci

Robbi...dia bangkitkan
semangat kembali berjuang di dalam
jiwani
dia bangunkan aku dari tidur panjangku
untuk nikmati hangatnya sinar matahari
untuk dengarkan dan ikut burung-burung pagi
bertasbih memuja Engkau
untuk menatap dan mencium harum bunga
yang mekar

Ya Allah...ternyata aku tak benar-benar
sendiri...
Alhamdulillah...Ya Allah...
Alhamdulillah...
ijabahlah kiranya segala doa kami
berikan  kesempatan menjangkau harap