Minggu, 01 Mei 2011

Catatan Perjalanan

       I

Tak ada tiket?

Aaaaa!....

bagaimana?...

besok mengawas ujian negara...

Ya Allah...



Ayo kita kejar!....

"Tak Sinar Jaya " juga tak apa

yang penting sebelum pagi

sampai Jakarta



Kosong?

Astagfirullah....

tiketnya sudah terjual semua?...



Oo...mari kita kejar tiket kereta

Jam lima?...

Jam lima berangkatnya?...

Astagfirullah....



Trafel!...Trafel saja!

Ya ampun!...

Trafel juga berangkat jam lima

Habislah!...kita....



Kembali ke terminal!

Bagaimana jika ambil tiket ke Cirebon?

dari terminal Cirebon

baru kita teruskan ke Jakarta...

Ya...ya...ya....

mari kita coba!...

Jakarta...Oh...Jakarta...


       II

Alhamdulillah...

Cirebon tawarkan solusi

Alhamdulillah...

Tak ada sesal di hati

perjalanan ini sangat berarti

dan aku sangat bersyukur

bisa melewati



Saudaraku kau tumbuhkan

rasa percaya di dalam diri

kau bakar semangatku untuk

bisa nikmati apa yang orang lain

bisa nikmati



Rahmat Allah buatku juga

karena Allah pun menyayangiku

Aku percaya katamu:

"Kuncinya ikhlas serta mampu

menerima

sebentuk apapun yang ada"



       III



Ingat kemarin

rasanya ingin tertawa terbahak

Aku kagum pada diriku

pada keberanian dan semangat

yang tumbuh

Aku hampir tak percaya yang kemarin

itu aku



Dari desa Banjar Sari

naik mobil cowak ke Owabong

Sebuah mobil bak terbuka

pengangkut pasir sekaligus palawija

duduk di belakang bersama

anak-anak Ibu Lurah



berkaus coklat

memakai topi dan kaca mata hitam

dengan sadal jepit hijau perek

yang entah milik siapa dari rumah

kepala desa



ahahaha...ahahaha...

tak ada beban apa-apa

seperti latihan jadi orang gila

ahahaha...ahahaha...

selamat tinggal dulu ROHDE

DAN KICKERS ku



Sandal jepit yang sudah butut ini

mengalirkan nyaman...ke hati

Aku merasa bahagia...

bernyanyi dan tertawa

tak malu bersandal jepit ke tempat

wisata



Aku berenang penuh suka cita

tak kurasa pandangan aneh

pada diriku

biasa saja...semua biasa saja...

bahagia ada di hati ternyata



       IV



Gemericik air di kali kecil

seakan memanggil

tawarkan segar

basuhkan wajah dan tubuh berpeluh



       V



Daun-daun bambu bergoyang pelan

dihembus angin petang

pohon angsana berjajar tumbuh

bersama nyiur dan petai cina

yang diselimutii lumut kerak batang-batangnya



       VI



Ini Ciregol,Kanda

daerah dengan jembatan rusak

Penumpang bus yang laki-laki

mesti turun untuk mengurangi beban

bus berhenti menunggu giliran jalan



Ada ngeri...di hati akan lewat jalan

begitu curam

Astagfirullah hal adzim...

tubuhku gemetar...traumaku

kembali ingat kejadian terlempar

ke jurang di Ajibarang

tempo hari



Terngiang suaramu saudaraku

"Aku harus belajar memaknai

apa pun yang terjadi"

dan kuucap:

"Lahaula walaquwwata illa billah...."



       VII



Ciregol lewat...

Alhamdulillah...kami selamat

Lima gunung terlihat tersenyum

dari lintasan rel kereta api

Padi-padi masih pendek sudah bernas

tebarkan janji



       VIII



Oow...daerah bawang

harum-harum pedas dan segar

tercium sampai ke dalam bus



Di pinggir jalan pada tikar lusuh

kecoklatan bawang-bawang digelar

cantik seperti sanggul perempuan



       IX



Di kaki gunung

bunga-bunga tebu asyik bergoyang

pada masing-masing tandan

tertiup angin silir yang mengalir

jadi seperti penari dengan senyum di bibir

Warnanya indah putih kecoklatan

di bawah mendung menggantung



       X



Kali kecil di sisi pematang

berair coklat mengalir tenang

Di seberangnya petani dengan caping tua

jalan melenggang

mencuci tangan kemudian makan siang

       XI

"Karacang...kacang...kacang...

Tarahu...tahu...tahu..." pedangang

asongan menawarkan jajanan

"Mangga Ibu...tissue...aqua...Mizon ge aya..."

lanjutnya dengan harapan terbaca

"Moal Kang...

masih aya cai..."jawabku

"iye cai tiis...ibu"

"Iye ge tiis..."jawabku lagi sambil memberi

senyum manis



       XII



Seorang pengamen naik

memberi salam dan memetik gitarnya

menyanyi penuh perasaan

sayang...agaknya dia tak hafal

syair-syair yang dilagukan

sehingga diganti  menurut rasa hati

Aah...



satu lagu...dua lagu...

kemudian dinyanyikannya "Besame Mucho"

Alah maaa...kkk...

enak pisan...

membuatku tak tahan tidak ikutan



"Lagi Bang...lagi...

teruslah bernyanyi..." pintaku

membuatnya senyum senang



"Malam ini kasih teringat aku padamu"

bla...bla...bla...

Oo...aku senang...sekali mendengarnya

dan kami nyanyi berdua



Kenapa aku ya?

stres apa sudah gila?...

ahahaha...ahahaha...

cuek maninglah...cuek maning...



Usai lagu keempat dia berkata:

"Terima kasih Ibu...untuk partisipasinya"

tapi dia tak asongkan kantong permen

penampung saweran padaku

Dalam hati aku bergumam:" C S an...."



"Abang...sini bang..."panggilku membuatnya

kembali

Kuberikan selebar uang lima ribuan

sementara gadis kecil disebelahku protes

"Kok banyak amat...Bude..."

"Enggak...gak banyak...

nyanyinya enak kan?" kataku

gadis kecil senyum setuju dan pengamen

itu lagi-lagi berkata:

"Terima kasih Ibu..."



       XIII



"Ayo tarik Pir..." teriak tukang karcis

dan bus pun pelan - pelan begerak

tinggalkan terminal menyeruak jalan ramai

"Bismillahirrahmanirrahim...

mari kita berdoa Nesya" ajakku pada gadis

kecil disisi kiriku:

"Bismillahi tawakkaltu Alalloh...

Lahaula wala quwwata illa billah..."      
       XIV

Jalan penuh sesak

padat merayap

Bagaimana ini?

Jam berapa akan sampai Jakarta

nanti?

Ah...bisa-bisa setelah berpakaian

tertidur lagi...



Jadi ingat petualangan ke Lampung

tempo hari

padat merayap seperti ini

tiba di rumah jam enam pagi

mandi, sikat gigi, berpakaian dan tertidur

lagi hingga senja hari

ahahaha...ahahaha...

tak boleh terulang lagi...



Tobil....tobil....

ngeri rasa menggigil

besok ujian negara bagi para siswa

tak boleh lalai!...

sebagai abdi negara

Ah...



"Ambil jalan alternatif!..."kudengar

kondektur berkata setengah memerintah

pada pak sopir

"Lurus!...terus....

kanan!...masuk pelan-pelan!..."

abang kondektur seperti ambil alih

pimpinan dan pak sopir patuh

tuh...tuh..tuh...

aah....



Bus masuk daerah berpohon besar-besar

menghutan

di kanan jalan kali besar dan lebar

airnya meluber berwarna kecoklatan

Ya Allah...mulai gelap dan seram...



Ketegangan yang mendekap erat

sejak berangkat memacu kadar gulaku

keinginan pipis terus mengganggu

tapi di mana hendak berhenti?

apa ada pom bensin di dekat sini?...

Ya Allah...mati!...aku...



Gadis kecil di sebelahku

lelap tertidur karena lelah

kepalanya nyuruk ke bawah ketiak

timbulkan geli dan menambah rasa ingin

pipis menjadi-jadi

"Aduh nak...

bunda tak kuat..." gumamku dalam hati



Bledug!...bledug!...

bus bergerak terangguk-angguk

lewati jalan berlubang dan menghantam

batuan

setiap goyangan istigfar berloncatan

meningkah geri dalam menikam

seram...seram...



"Yan....aku gak kuat..." berbisik aku pada

teman seperjalanan

"Kenapa?..." tanyanya

"Aku mu pipis lagi...

ah, bisa pingsan....nih..."

"Ya, nanti aku bilang pada pak sopir...

Kamu masih ada aqua?" temanku bertanya

"Ada...nih...buat apa?" ujarku

"Ya buat cebok kamu!..."

"Ada...ada...tapi mau di mana?"

"Nanti kita fikirin...

Xi...xi...xi..."



Aku sedih...melihat penumpang lain

tenang-tenang

ngiri....meraja dalam hati

kenapa aku mesti begini?...



"Tin...tin...tin..." klakson pak sopir

bunyikan karena di depan truk

sarat muatan melaju pelan

"Lewati!..." kudengar aba aba diberi lagi

"Siut!...siut!..." mobil truk dilewati

diiring istigfar berkali kali



"Pom bensin,Yan...

liat-liat pom bensin!" kataku

adu...du...du...du....

"Aaa!...pom bensin!..." setengah berteriak

aku setelah terpinga

tapi pom bensin impian sudah jauh

tertiggal di belakang

rasa lemas ketinggalan



"Pak Sopir...Pak...

kalau lewat pom bensin lagi berhenti ya?" pintaku

"Kenapa Bu?" tanya pak sopir

"Saya gak kuat Pak..." kataku

"Ada yang kebelet Pak!...' ujar temanku



"Tadi pom bensin..." kata pak sopir

"Ya Pak, saya terkesima..." ujarku

Aduh...menggelinjang rasa tak tahan

Astagfirullah hal adzim....

ampuni aku...Ya arhamarrohimin...

ampun..."



Jalan ke depan semakin rusak

membuat bus semakin bergoyang

mataku  panas menahan tangis

rasa sedih mengiris iris



"Duh...mati aku!...

wahai....

adu...duuu..." meratap-ratap hatiku

bagaimana kalau terpipis di bangku?...

tak mungkin!...bisa kutahankan

perasaan malu...



"Sabar ya Bu...

sebentar ada pom lagi" hibur pak sopir

membuat bibirku mengucap hamdalah

berkali kali

ungkapkan rasa syukur dari kedalaman

hati



Tak lama mobil masuk

tempat yang kudambakan

aku pun meloncat begitu pintu di bukakan

hampir jatuh dalam gembira

yang membuatkau sangat ingin bersegera

Aku berlari tak fikir apa-apa

tak peerduli sesiapa

Alhamdulillah...

Alhamdulillah...



"Allahumma inni audzubika

minal hubutsi wal chobaits..."

belum selesai berdoa aku sudah pipis

ngucur terus tak habis-habis

Pintu diketuk dari luar

aku cuma bilang:

"Maaf....sabar ya...sabar...."



Uuuu...hhh...

legaaa...

Alhamdulillah Ya Allah...



Lagi-lagi aku terkesima

di depan toilet sudah begitu panjang

antrian teman seperjalanan...

Aah...kukira yang mau pipis

aku saja...

Kok bisa....mereka menahan tanpa

suara

Apa aku yang "Lebay?"

ahahaha...ahahaha....

Jumat, 08 April 2011

Bukan Cuma Milik Yang Muda

Usai waktu shalat Jum'at
bersama tujuh kawan menyusuri jalan
menuju R.S. dr Mintoharjo
dari Danau Limboto
menjenguk anak teman yang operasi sinus
pagi tadi

Tiba-tiba seorang teman bergegas
jalan ingin paling depan dan berkata:
"Siap!...grak!...
Kiri!...kiri!...kiri!...
Ayo yang gendut!...luruskan!..."
"Ahahahaha...." tertawa kami bersama-sama

"Awas!...jangan ganggu Maharani
nanti mengadu pada Maharaja"seru Ibu N
sambil tertawa

"Maharani sekarang gak gendut lagi
sudah selangsing Kris Dayanti"
ujar Ibu M menimpali

"Ahahaha...nanti malam juga terbit di FB
disiksa teman jalan kaki" goda Ibu A
"Terus marah ... deh Maharaja...
mengetahui Maharani tersiksa"sambut Ibu H
diikuti tawa haha hihi ramai sekali

"Untung gak lewat kantor surat kabar
kalau lewat...
besok ada berita Maharani jalan kaki" Bapak A
ikut juga angkat bicara

"Enggak kaleee...
sekarang aku sudah biasa jalan kaki
makanya langsing begini..."
"Xi...xi....xi..." derai tawa ditahan dari kawan-kawan
tak berhenti

Ada hangat mengalir di jiwa...
canda...ternyata memang bukan cuma
milik yang muda

Upacara Bendera

Akhirnya upacara bendera jadi juga
setelah dua  minggu ditunda-tunda
karena ujian sekolah kelas sembilan

Para petugas disiapkan
giliran siswa kelas delapan
wajah tegang kelihatan
khawatir tugas tak lancar dijalankan

"Bunda...doakan  kami ya?" pinta para
siswa pengerek bendera
"Tentu sayang....
tenang aja kaleee..." jawabku mencoba
menenangkan sambil melemparkan
senyum yang kurasa menawan
(ahahahaha...)

"Upacara penaikan bendera
Senin , 4 April 2011
pasukan disiapkan" terdengar Dhea nona protokol
berbicara lewat pengeras suara

"Pemimpin upacara memasuki lapangan
upacara"
kulihat Irfan siswaku melangkah
dengan gagah

"Pembina upacara memasuki lapangan upacara"
lalu aku pun melangkah tak kalah gagah
ah...ah...aah...
mantap surantap....

"Pengibaran sang saka merah putih
diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya"
Nahda,Friska, dan selly berjalan kompak sekali
"tep...tep...tep..."melangkah dengan pasti

Sampai di tiang bendera tali-tali di pasang
senyum manis tiga gadis mengambang
memancar rasa percaya diri yang besar
kelihatan hilang perasaan gamang

"Reeee...ttt...." bendera ditarik ujung atas
dan bawah penuh semangat sementara
Nahda berkata:"Bendera Siap...."
Tetapi ala maaaa...kkk....
sebelum lagu Indonesia Raya berkumandang
ramai ramai peserta upacara tertawa
bersama membahana....

Oo...Oo...ada apa?...
Masya Allah...
tali penggerek putus menggantung-gantung
di udara sementara sang saka terkulai lemah
dan petugas pengerek bendera pucat pasi semua
(Terlalu semangat....jadi celaka....
du...du...duh....aku tak tega....)

"Peserta upaca tetap dalam keadaan
siap!" ujarku sementara pelatih paskibra
mengambi kursi dan kain pel bertangkai untuk
meraih tali

"Tak bisa Bu...
harus yang berkait..." kata petugas kebersihan
sekolah
"Aduh....aduh...gimana?...." para pengerek
bendera tambah gelisah
membuatku turun dari podium menenangkan
"Tak apa...tak apa...bukan salah kalian...
tenang saja..." ujarku pelan

Petugas kebersihan yang lain pun datang
dengan galah berkait
tali diusahakan turun tak bisa juga
lalu pembina paskibra berkata
"Manjat Mas...manjat saja..."
"Ya...manjat....manjat Mas..."pintaku juga

Mas Deni nama petugas tadi tak berfikir
panjang lagi
memanjat ....bergerak tangkas meraih
tali sementara peserta upacara tak tahan kembali
tertawa tergelak-gelak membahana

"Mas Deni!...Deni! ...Deni!..."
berteriak teriak peserta memberi semangat
dan ramai ramai bertepuk riuh saat tali
tertangkap dan Mas Deni turun cepat sekali
Aaaaaaa.....hhhhh....
terdengar helaan nafas lega bersama-sama...

"Upacara dilanjutkan!
siapkan pasukan!..." perintahku pada
pemimpin upacara dengan rasa geli kutahan...
(Bodong...deh....
ahahaha...ahahaha....)

Dalam Gelap

Ada keinginan berbincang
tapi datang gamang mengambang
timbul rasa bimbang...
takut akan terjadi perang

Dan aku diam rasakan lara
menggelontor sukma
sunyi...bertahta meraja
Robbana...Ya Robbana...
betapa sepi hari-hari hamba tanpa dia

Seandainya waktu dapat ditarik
ulang...
Aku ingin dia di sini
hingga aku tak perlu lagi sesiapa
yang membuat orang terluka

Robbana...Ya Robbana...
sesungguhnya aku tak seperti
yang mereka sangka
tidak...aku tak butuh apa
yang orang lain butuh
Aku tak ingin apa yang orang lain punya

Aku hanya butuh rasa teduh
Namun inginku mendekatkan pada derita
pada nestapa yang tak ada ujungnya
kerana mereka tak faham
bahasa jiwa yang aku punya

Dalam gelap...
kuusap hatiku yang terluka
mengucur darah
merebak merah
Ah, andai engkau masih ada
dalam diam pun kita bisa bicara
terpisah pulau pun terjembatani
rasa saling percaya

Rajawaliku...
dalam gelap ini aku ingin engkau ada
di sini menemani
memeluk erat mendekap hangat
Sementara aku juga tak mau
istirahatmu terganggu
membuatku menangis sendiri
tersedu

Aku Mau Engkau Tahu

Dengan bahagia aku cerita
tentang pertemuan kita tadi malam
seperti air sejuk yg mengair di tenggorokanku
saat berbuka puasa
seperti keindahan mega berarak
di angkasa
seperti kecantikan  mawar saat kelopaknya
merekah
seperti nyanyi burung-burung sahabat kita
ketika pagi membuka gerbang hari
Seperti....seperti...ah...
sebenarnya tak cukup kata melukiskan
gejolak rasa
Rajawali...dapatkah kau raba bagaimana
datak hati dalam selimut berjuta rindu?...
Astagfirullah...
Aku mau engkau tahu
kasih masih terpelihara

Minggu, 03 April 2011

Mimpi

Sejak kau pergi
ini kali ke dua kau datang dalam wujudmu
Rajawaliku....
kita berdekatan...
saling memandang...
tapi tanpa peluk dan cium di pipi dan keningku

Ada rindu yang terpuaskan melihat
rupamu...
berada di sisimu...
Ah tapi apa yang kita bicarakan?
aku tak ingat...
tak ingat...

Apa kita tak bicara apa-apa?
ah...apa kau tak suka akan perasaan
yang tumbuh di dalam jiwa?
Aku tak mengerti,Rajawaliku
tapi aku tahu engkau tak marah

Kasihmu terlau besar untuk marah
apa lagi untuk kasar
bagaimana tidak?...
jika yang salah saja jadi benar?

Perasaan Apa ini?...

Perasaan apa ini?...
Ah, resah dan gelisah
desir aneh dalam darah
rindu?...
entah...
tapi membuat jengah...
Aah...

Dalam diam mata terpejam
ingin...merasa faham
Rajawali...
rasa apa ini?...
aku takut sekali

Aku menoleh ke kanan
tempat fotomu ajeg terpampang
mengharap kuat dan tenang
engkau tebarkan
tapi engkau hanya diam
dengan sorot mata tajam

Rajawali...
senyumlah...biar aku tak merasa
sendirian
Aah...apa engkau tiada
berkenan?...

Kenapa?
apa ini suatu dosa?...
terngiang perkataan seorang teman;
"Aku ini laki-laki...
bicara dari sudut pandang laki-laki"

aah...diam!...
diam!...diam!...diaaaa!...mmm...