Minggu, 06 Maret 2011

Opa Hardiman Wibawa

"Ana....mestine kamu sing pijet Opa..."
Ujar Opa Wibawa sambil jalan perlahan
dengan tongkatnya yang berkaki
empat
"Boleh....boleh...Opa" kataku
"Gentianlah...biasanya kan kamu
sing Opa pijet..." katanya lagi
"Ya Opa...saya ambil kayu buat refleksinya
sama Oma Ya?....
Opa tunggu di sini..." pintaku sementara
Opa masih tertatih perahan ke arahku
"Endak usah... saya mau ngobrol aja sama kamu..."
"Tak bantu ya Opa?..." kataku minta persetujuannya
"Ndak usah....Opa sudah semubuh...
tinggal pemulihan saja" sambungnya mencegah
"Sini Opa...di kursi sini...tak bantu apa?..."
"Endak usah...Opa mau diteras..."

Ah...Opa memang keras...
Sebulan yang lalu jatuh dari tangga
saat akan memasukkan vesvanya yang tua
Tubuhnya oleng...karena vertigo yang menyerang
Opa terjerambab jatuh nyusruk dan bonggol sendi
di pahanya retak hingga mesti dioprasi dan diganti
bonggol sendi buatan

Kasihan...Opa...
Opa yang sangat keras tapi baik hati
merefleksi siapa saja tanpa mau diberi
imbalan apa - apa

"Aku ndak ngerti...Ana...
mereka bilang Opa jatuh di pintu...
tapi rasanya endak begitu....
tahu-tahu Opa di rumah sakit dan dioprasi lagi
Opa ndak tahu...."ceritanya
"Opa lupa...
Kan bonggol sendi Opa retak..."
"Heran...wong Opa ndak meresa..." gerutunya
dan aku senyum saja

"Tak pijet ya Opa...
kaki opa bengkak...tuh..."aku menawari
"Ana...nih Oma pasti nyariin Opa..."
"Tenang...nanti tak anter pulang...ya?"
"Ah, pake dianter segala...
koyo' orang pacaran..."
"Ya endak toh...
Opa kan Opaku dewe..." kataku sabil tersenyum

"Sekarang Opa ndak bisa naek Vespa lagi..." keluhnya
"Sabar...kalo' dah sembuh kan bisa..." hiburku
tapi sekarang kok Opa agak lupa jalan ya?...
padahal naek vespa enak ketimbang jalan..."
(Yah...jalan atau naik Vesva ya sama saja...
kalau lupa jalannya...
Opa...Opa...)

"Na, nanti kalo' Oma nanyain Opa
Opa bilang ngopi...sama kamu ya?" katanya
"Opa mau kopi?
tak bikinin ya?..." ujarku
"Endak...endak usah..." cegahnya
"Kenapa?..." tanyaku lagi
"Opa piginnya ngopi ginseng sama kamu...
di rumah temen Opa diseduhkan kopi ginseng
enak....tenan..." katanya setengah menerawang

"Ana endak punya kopi ginseng...Opa
adanya kopi biasa...
mau?...tak bikinin..."
"Endak...kopi ginseng...
ngopinya sama kamu..."pintanya lagi

"Kalo gitu...besok ya?
Kita ngopi ginseng..." tapi Opa diam saja
"Tek!...perasaanku tidak enak...
biasanya disediakan pun Opa jarang mau...
sekarang seperti setengah merengek...

"Na...Opa mau pulang ah..." katanya
"Tak anter..."
"Endak...Opa bisa jalan...kok...
ke sini sendiri...tadi..."
"Iya...Opa...
tapi aku mau anter Opa..."
"Kamu mau embelain Opa kalo' Oma marah ya?"
ujar Opa sambil tertawa
"Beres Opa...pasti...tak belain" jawabku
sambil tersenyum

Rumah kami berdekatan selisih satu
rumah dengan rumah Opa
dan ketika kubuka pagarnya...
"Na...ini dia!...si Opa...
maen ke rumah kamu Na?..."
"Iya...Oma...
kangen ambe' aku...
hehehehe..." membuat Oma tersenyum

Perlahan Opa memasuki halamannya yang menanjak
"Pelan-pelan Opa... pelan-pelan..." pintaku
"Tenang aja Na...Opa dah pinter ...sekarang..."
ujar Oma
"Awas Opa...hati -hati..."
"Ah, kamu ini...
sayang ya sama Opa?..."
"Yo tentu...
Opa kan Opaku..."

Opa tersenyum kemudian berkata:
"Ana...sebentar lagi Opa  Good-bye ..."
katanya...
"Opa...kok Opa gomong begitu...
Aku gak punya Opa lagi dong..." kataku
"Dari pada sakit-sakit ?...
Opa sudah tua...
sudah delapan puluh satu...umurnya...
lebih baik dipanggil saja..."sambungnya
"Mestinya Opa berdoa cepet sehat...dong..."
"Ah,kalo sehat sih...umur seratus juga
endak apa..."katanya sambil tertawa

"Begitu...Na...
Opa kamu kalo' ngomong yo begitu..."
ujar Oma
"Sing sabar ya Oma..."pintaku seraya
mengelus bahunya
"Iya Na...
Thank you...ya..."
"Never mind...Oma...
saya pulang...sudah magrib..."
"Dah..." aku pulang ...

Kasihan Opa dan Oma Wibawa
klitak-klitik berdua saja
dua anaknya sudah berumah tangga
dan jauh dari mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar